Ku
sadari bukan perkara sehari, dua hari atau satu minggu mengambil keputusan
seberat ini.
Harus
pindah rumah ke tempat yang lebih nyaman mungkin akan lebih mudah menerimanya.
Rumah
baru yang akan ku tempati bersama keluarga tidak lah lebih baik, lebih jelek
iya.
Namun
masalah terbesarnya adalah bukan di kondisi rumah yang belum direnovasi atau
jarak rumah baru ke sekolah tempat ku mengajar. Namun kesiapan hati untuk
tinggal dirumah baru dengan lingkungan baru dengan tetangga baru dan semua hal
yang baru yang tentu akan ditemui.
Akankah
lebih baik? Belum tentu.
Sekeras
apapun ku berusaha untuk mempertahankan rumah lama aku tak punya kuasa.
Untuk
kebaikan bersama dan tidak menimbulkan konflik diantara kedua keluarga A dan
keluarga B.
Aku
dan sekeluarga memank harus keluar dari rumah lama dan tinggal dirumah baru.
Ada banyak kenangan yang tidak akan bisa aku lupakan di rumah lama.
Aku
sudah sangat nyaman meski aku tahu banyak kekurangan dirumah lama. Aku tidak mau
pindah rumah selagi aku sehat. Kenang ku dalam hati. Semua anggota keluarga ku
tidak ada yang senang kami pindah rumah. Tidak ada satupun.
Tidak
jarang pula keluarga ku juga bertikai tentang kepindahan rumah. Ada yang ingin
begini, ada yang ingin begitu. Tidak jarang aku mendengarnya menjadi pilu.
Tapi
hidup harus terus bergerak maju. Aku tidak bisa memutar kembali waktu. Aku
hanya bisa memandang kedepan dan berharap di rumah baru kami sekeluarga akan
menjadi keluarga yang sakinah.
Saat
melihat keadaan rumah lama berantakan dan dipenuhi kardus-kardus untuk dibawa
ke rumah baru. Hati ku hancur berkeping-keping harus membereskan barang lama
dan membuangnya. Semua kenangan ku dari suka maupun duka ada di rumah lama. Aku
tumbuh besar di rumah ini, aku menjadi dewasa dan menjadi anak nakal pun di rumah
ini. Aku mengalami indahnya jatuh cinta dan sakitnya putus cinta juga di rumah
ini. Aku banting kaca lemari dan akhirnya aku diusir keluar dari rumah pun
semua ku alami di rumah ini.
Tidak
ada yang tahu betapa hati ini rapuh selain dinding tembok kamar ku yang menjadi
saksi bisu. Seberapa sering aku menangis dan air mata jatuh berderai membasahi
sprai usang yang masih setia menemani malam-malam ku. Seberapa sering aku
berlutut di sudut kamar untuk merenungkan hidup ku yang terus meratap. Dan
seberapa jarang aku bersyukur pada sang pencipta untuk semua hal yang boleh aku
alami.
Semua
yang kualami adalah dengan satu tujuan untuk kebaikan.
Semua
sudah ada dalam rancanganNya.
Aku
belajar banyak dari pindahan rumah. Seperti kata Raditya Dika dalam filmnya Manusia Setengah Salmon
“
Pada awalnya masih gak nyaman dan masih inget rumah lama tapi lebih baik aku
pindah.”kenang Radit.
Awalnya
memank sulit, dan berat pasti. Harus adaptasi dan harus lain-lain. Cuman pada
akhirnya aku tahu semua sudah ada yang mengatur, rezeki, jodoh, termasuk
pindahan rumah pun sudah ada yang atur. Kita sebagai manusia sebagai pelakon dan
dunia ini adalah sebuah film dan sutradaranya Tuhan. He knows what’s best for you.
Aku
tidak sedang berceramah atau apapun itu.
Aku
cuma belajar dari tulisan Edward Suhardi dalam tulisannya adalah Ikhlas
jika kita menyadari semua apa yang kita punya adalah titipan yang diatas dan
jika kita ikhlas menerima tanpa mengeluh. Kita baik, maka dunia pun akan
melakukan hal yang serupa. Aku ikhlas jika aku harus kehilangan rumah lama ku
yang sudah menemani ku day by day, semua canda dan tawa dan air mata masih
tersimpan dibenak ku. Dan kenangan dirumah lama tidak akan pernah terlupakan
selama hayat masih dikandung badan.
Aku
juga ikhlas harus kehilangan orang yang sudah mengajari ku tentang bagaimana
mengasihi meski harap kembali. Aku belajar dari Dia. Setidaknya aku pernah
menjadi perempuan paling bahagia dimuka bumi ini meski singkat. Tapi aku
tetap mensyukurinya.
Aku
pun ikhlas untuk menerima kenyataan bahwa aku juga kehilangan sahabat terbaik
ku yang tidak sempurna. Dia sudah menjadi teman terbaik ku, kakak perempuan
yang tidak pernah ku miliki, teman dalam suka duka, benci dan sayang melebur
jadi satu. Aku sayang Dia meski kini kita terhalang oleh jarak karena Dia harus
kembali ke kampung halamannya dan menetap disana bersama kedua orang tuanya. Dan
Dia berpesan pada ku.
“
Jika kamu menerima sesuatu hal yang baik dari orang lain, kamu tidak perlu
merasa berhutang. Dan bila kamu tetap ingin membalasnya. Kamu bisa melakukan
meneruskan kebaikan yang pertama kamu alami dengan orang lain. Sehingga kebaikan
dan kasih mesra tidak akan putus dan berhenti di kamu. “ #NgertiOra
--
“Kita
tahu sekarang bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi DIA, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Tuhan.
Sangkaku
ku hilang sudah lenyap ipuh dan racun itu. Tetapi hal-hal ini yang ku ingat dan
kuperhatikan.
“ Great is Thy Faithfulness “
Dalam
libur lebaran kali ini, aku belajar dari seseorang kita sebut saja family.
Semua
pasti akan berlalu.
This too shall
pass
Kebahagian,
sakit penyakit, kehilangan, kepahitan, kegeraman, semua rasa pasti akan
berlalu.
Entah
family ini membaca status orang atau kah memank mereka mengalaminya sendiri.
Sakit
penyakit, putus pengharapan akan kedatangan lahirnya anak dikeluarga kecil mereka,
pernah mereka lalui.
Semua
terlewati dengan baik. Tanpa ragu family ini menguatkan ku
“
Tuhan tak pernah berhutang “
#Jleb
Rasanya
aku seperti tersambar petir di siang hari. Keyakinan ku selama ini yang ku
bangun dengan kokoh runtuh seketika.
Khawatir
ialah manusiawi namun akan jadi menyimpang saat khawatir ku menjadi daging dan
terus menerus menekan iman ku.
This
too shall pass… semua pasti akan berlalu.
Kesimpulannya
ada di proses. Seperti tulisan ku di bulan-bulan sebelumnya. Tidak ada emas
murni tanpa proses peleburan. Tidak ada Abraham yang disebut sahabat Allah
tanpa ujian keimanan, dan tidak ada Ayub yang tetap percaya meski penderitaan
silih berganti menimpanya.
i'm busy enjoying my life, darling. |
#NOWPLAYING
~ Layu Sebelum Berkembang
0 comments:
Posting Komentar