Thanks God, i’m so blessed.
Begitulah kira-kira updaten status
temen di salah satu sosmed. Lalu ukurannya apa kita merasa diberkati?
Bisa jalan-jalan keluar negri kah? Bisa
naik kendaraan roda empat kah? Makan malam ke restaurant kah? Bisa dapat
pasangan yang sesuai hati kah? Itukah ? gambaran orang yang diberkati.
Bagaimana dengan orang-orang yang tidak
bisa naik roda empat atau hanya mampu kredit kendaraan roda dua itu pun
angsuran 3tahun. Bagaimana dengan orang-orang yang tak pernah merasakan
keindahan Bali, hanya tahu saja Bali seperti apa lewat Foto. Atau bagaimana
dengan orang-orang yang tak pernah merasakan dinginnya lantai restaurant yang sudah
berjam-jam dinyalain AC? Pasti enak sekali hidup mereka.
Tentu segalanya yang diinginkan dapat tercapai, tidak peduli apa
sudah bekerja keras atau faktor ‘X’
(don’t care about that)
Thanks god karena hari ini aku dapat
kesusahan. Kesusahan ini membuat ku menjadi pribadi yang lebih dewasa dan Iman
ku bisa dikatakan semakin teguh.aku mengerti untuk hal yang buruk boleh aku
hadapi dengan satu tujuan. Semua baik.
Kata sapa semua baik...
Kata sapa “Apa yang kau berikan didalam hidup ku karena kebaikan Tuhan”
Aku sudah belajar untuk mengimani
tersebut butuh waktu bertahun-tahun.
Sudah jarang kita menemukan kalimat
diatas seperti berikut. Lebih sering kita mendengar keluhan-keluhan dari
orang-orang yang hidupnya susah. Mengapa begini, mengapa begitu. Bla..blaa.
hidupku tidak adil? Pantaskah kita bersyukur kalau hidup kita berantakan?
Kita lebih sering mengeluh terhadap
nasib.
(aku lapar....)
Kita lebih sering melihat apa yang
tidak kita miliki dibanding dari apa yang sudah kita miliki. Orang lain punya
mobil, kita sendiri motor masih ngutang, keinginan jasmani masih terlalu besar.
Dan gak bisa dipungkiri. Seperti Abraham Maslow bilang:
Aku pun belajar untuk merasa diberkati dari kekurangan ku. Just talk
not action.
Et tidak juga, dengan segala ketidak punyaan ku belajar ttg satu hal
BERSERAH. Penyerahan total yap! Banyak
contoh dari petinggi-petinggi agama ttg Surrender.
Lebih mudah bicara daripada melakukannya. Benar sekali! Tapi jika
kita mau menyerahkan diri sepenuhnya kepada sang Khalik, insana hidup kita akan
lebih mudah untuk bersyukur dalam segala hal. Baik banyak uang atau sedikit
uang. Karena ukuran bahagia tidak terhitung dari berapa banyak jumlah berkat
materi yang kita peroleh tapi berapa banyak ucapan syukur kita atas setiap
nikmat yang diberikan Sang Yang Maha Kuasa.
Aku selalu bawa-bawa agama. Aku terlalu agamais, aku terlalu naif.
Aku terlalu tolol menyadari hidup ini bukan tentang aku, semuanya aku. Yang
lain nanti kalau aku sudah puas.
Puas memaknai hidup ini sebuah puzzle pieces.
Goodnite
@audrenalyn
0 comments:
Posting Komentar