Hari ini untuk pertama kalinya aku ikut pelatihan nari
disekolah. Awalnya aku ragu, tariannya sangat membosankan dan tradisional
pastinya. lagipula aku bukan orang yang mencintai produk dalam negri atau aku
terlalu kekinian sehingga aku gak mau belajar tari kreasi ini. Dalam pelatihan
ini aku belajar tiga tarian (tari Kalimantan, tari bletak atau Betawi, dan tari
kaulinan). Untuk tarian pertama cukup mudah dan aku bisa mengikuti setiap
gerakannya, namun sudah masuk ke tarian kedua dan ketiga wah aku udah tak luwes
dan tingkat kesulitannya bertambah. Dalam tarian betawi ada unsur pencak
silatnya dan ada istilah 3 G (geol, goyang, G yg ketiga lupa). Aku yang gak
bisa nari, jadi belajar untuk bisa menari, aku yang gak bisa menulis untuk bisa
menulis semua perasaan ku. Aku jadi menyukai kegiatan menari. Apalagi aku tahu
saat aku menari aku diiringi oleh air hujan. eh
Dalam pembacaan saat teduh guru-guru aku sangat suka bagian
Efesus 3 dalam ayatnya...
“Tuhan engkau mampu melakukan lebih banyak yang tidak mampu aku lakukan
dan aku doakan.” Amin
Sama halnya dengan disekolah Iman ini aku tidak bisa
mengajar mereka yang demikian kecil untuk nurut sama aku yang masih belum
dewasa. Biarlah mereka dapat berubah sedikit demi sedikit.
Aku tahu perubahan itu butuh konsistensi dan ketekunan. Apa selama
ini aku sudah belajar dengan tekun? Atau aku sudah tekun berdoa untuk anak-anak
didikku?
Dalam iklan di TV yang dinamakan #RevolusiMental ialah perubahan
itu dimulai dari diri sendiri.
Aroma tubuhku sudah gak karuan, baunya bercampur dengan
matahari, aku mau lanjut untuk ibadah tengah minggu. Matahari pun sudah
menyembunyikan jati diri. Aku mau mandi dulu ya.
Sampai jumpa di hari esok, btw apa kabar teman ku Pamella
mungkinkah ia sudah sampai di Gorontalo dan sudah mulai sibuk dengan
pasien-pasiennya? I’m gonna miss my close friend.
With love,
@audrenalyn
0 comments:
Posting Komentar