01-10-2016
New day, new month, ini memank bukan hari ibu, tapi ini
adalah hari baik untuk ku memulai kisah ku bersama ibu ku.
My mom is my hero.
Mungkin saja bagi acara reality show di salah satu stasiun
tv swasta Daddy is my hero. Tapi buat ku pribadi, seorang pahlawan adalah mami
ku sendiri. Mengapa? Karena ia telah banyak berkorban. Bukan buat diri ya
sendiri tapi ia rela berkorban untuk kelangsungan hidup keluarganya (termasuk
aku didalamnya). Supaya dapur kami bisa terus ngebul, agar aku tidak kelaparan,
agar keluarga kami tetap ada penghasilan, mami berkorban waktu, pikiran,
tenaga, uang, harga diri, dan semua yang bisa ia lakukan. Ia melakukannya tanpa
pantang menyerah, mungkin saja mami kesulitan didalam mencari uang, mungkin saja
mami malu dihina, mungkin saja mau ditolak orang lain, tapi satu hal yang
menginspirasi ku yaitu kegigihannya. Saat mami tidak mudah menyerah pada sakit
penyakitnya, sekarang juga mami berjuang untuk mendapatkan uang. Bekerja demi
keluarga kami.
Mengapa mami yang bekerja?
Karena papi ku tidak berfungsi lagi. Ia hanya seorang ayah
yang menjabat sebagai suami dari seorang istri dan bapak dari kedua anaknya.
Selebihnya papi bukan seorang pekerja. Ia hanya seorang pemarah yang tugasnya
main uang di tempat kotor. Aku juga tidak lagi ingin bercerita tentang papi.
Karena selain ia pemarah, ia juga tidak sayang lagi sama mami. Papi selalu
menuntut dan menuntut kami untuk bekerja menghasilkan banyak uang sementara ia
menghabiskannya. Aku memank sangat membencinya. Aku bahkan memusuhinya, aku
juga gak banyak bicara kepadanya. Tapi bagaimana pun didalam diri seorang
listya terdapat darah seorang pecundang seperti papi.
Mami bekerja apapun.
Dari menjajakan sate manis, ayam goreng, baso goreng, telur
asin, apapun dagangannya yang menghasilkan tidak peduli keuntungannya sedikit,
mami mengoreng kerupuk mentah dan memasukkannya ke warung-warung makan nasi,
mami bekerja supaya kami bisa tetap makan sehari tiga kali, dan kami bisa
memakan ayam goreng dalam sekali seminggu. Atau mami bisa sesekali menghadiahi
ku dengan membeli udang goreng kesukaan ku. Mami selalu memikirkan orang lain.
Mami selalu belajar mementingkan kepentingan orang lain terlebih dulu. Lihat di
lemari baju ya? Apakah pernah tergantung pakaian baru? Apakah pernah kami
memberikan mami sepotong pakaian baru yang cantik untuk mami kenakan di gereja.
Tidak pernah. Untuk membeli beras sepuluh liter saja dirumah mami harus
berkorban dagang sana, dagang sini. Ia tidak memperhatikan dirinya sendiri.
Aku fungsinya apa?
Aku baru sadar setelah aku mengalami sakit types. Seorang
yang paling menyayangi ku dan peduli adalah tidak lain adalah mami. Dan saat
aku terima gaji bulan sepuluh aku akan membelikan mami sepatu baru yang mami
sudah lama pengen sekali ia pake. Sepatu lamanya sudah usang. Aku harus
menunggu untuk gajian baru akan bisa membelikan mami sepatu baru. Sementara aku
tak pernah berjuang apapun demi mami. Selalu mami yang berjuang demi aku dan
yuda (adik). Dia gak pernah meminta kami berdua menjadi anak yang tahu diri
dengan membalas kasih ibu. Mami selalu mengajarkan untuk menggunakan uang
dengan bijaksana. Tidak boros. Makan juga gak perlu yang mewah cukup ada nasi,
pauk, lauk itu sudah lebih dari cukup jika dimakan bersama orang-orang
terkasih. Mungkin jawabnya, mami jika ia tahu sepatu barunya sudah kami
belikan. Expresi wajahnya tidak terlalu gembira karena bukan kado yang ingin
mami peroleh tapi perhatian dari kedua anaknya.
Apakah aku mengasihinya?
Seorang anak bisa saja mengasihi ibu tanpa batas, namun seorang
ibu tak pernah mengasihi anak tanpa batas. Apakah pernah ada untaian lagu Kasih
Ibu Sepanjang masa, tapi sekarang ada waktunya dan harap kembalikan. Seorang
ibu yang memberi tanpa menerima, apakah pernah meminta harap kembali kan semua
perhatian ibu dan minta ganti dengan materi? Aku rasa didunia ini. Tidak
seorang ibu yang demikian. Sekalipun ibu dari hewan sejenis kita mamalia,
mereka juga memiliki kasih kepada anak-anak hewannya. Bagaimana dengan kita
seorang anak yang dikasih dengan banyak berkat yang tak terhingga? Masih kah
kita mengasihi ibu kita dengan hitung-hitungan? Masih kah ku mengasihi mami
dengan menilai seberapa banyak mami sudah mengasihi ku ? Masih kah kita mencari
ibu yang lain diluar sana dan menganggap ibu orang lain adalah the
best mom in the world?
#renungan
0 comments:
Posting Komentar