Natal is near...
Setiap tahunnya orang kristen merindukan natal sebagai
moment yang istiwema dibanding perayaan kristiani lainnya. Moment yang ditunggu
bagi seluruh umat baik itu anak kecil hingga usia indah. Begitu pula dengan aku
ada banyak alasan mengapa aku menyukai natal. Aku suka lagu-lagu natal,
pernak-pernik natal dan berbagai ornamennya. Tapi satu hal
Natal adalah dimana satu titik aku harus berhenti dari
segala rutinitas dan menarik diri untuk menyadari bahwa Juruselamat sudah lahir
untuk membuat hidup ku ini sempurna. Seringkali aku berpikiran bahwa natal aku
harus berpenampilan sempurna, dandanan ku juga harus kelihatan sempurna,
penampilan di panggung saat mempersembahkan pujian juga harus terdengar
sempurna. Semua harus terlihat sempurna tidak terkecuali konsumsinya. Namun yang
dipersiapkan sedemikian rupa membuat ku kecewa dan stress karena tidak berjalan
dengan sempurna. Bagi ku tahun ini adalah tahun yang sangat berat berbagai
macam masalah datang saat aku harus menyambut natal di minggu-minggu dekat
natal. Segala persiapan kami hancur sia-sia karena kesalahan yang kami buat
sendiri. Kami membuat reputasi kami sendiri jelek dihadapan orang banyak. Aku sebagai
pemuda merasa gagal karena tidak mengerti. Belum lagi masalah satu selesai
ditambah masalah di sekolah. Dan aku merasa ada sesuatu yang perlu kubenahi dan
aku merasakan sesak. Aku capek!
Jika dalam renungan Our daily bread tanggal 13 Des 2015 ditanya
apakah harapan natal ku tahun ini? Idealis atau realistis ? ada begitu harapan
kuselipkan dalam sebuah doa-doa ku bukan pada kantung kaos kaki yang digantung
dipintu untuk diisi kado. Tapi aku berharap natal ini aku bisa lebih dekat, aku
bisa lebih bergantung mutlak pada kehendak Tuhan.
Pagi ini, aku diingatkan kembali melalui perenungan bahwa
tidak ada satupun yang sempurna. Jikalau mungkin tahun ini natal ku belum
memberikan yang terbaik, atau tidak sesuai dengan harapan ku. Seperti kata Julie Ackerman Link Relakanlah dan
jadikanlah sebagai pengingat bahwa satu-satunya jalan untuk dijadikan sempurna
selama-lamanya adalah dengan hidup beriman dalam kebenaran Kristus. Iman
seperti apa yang harus dipelihara? Dua tokoh central dalam kisah Natal sudah
memberikan teladan bahwa kita harus seperti Maria dan Yusuf yang Percaya dan
Taat kepada Kehendak Bapa di surga. Dan biarlah Natal tahun ini, kita yang
berbeban berat “Marilah datang kepadaNya sang pemberi kelegaan, karena Ia lah
yang akan memuaskan kita”.
Amin
@audrenalyn
0 comments:
Posting Komentar