Kamis, 27 Oktober 2016

#ceritamanusia

Ada yang sibuk menghabiskan makanan, ada juga yang sibuk bercengkrama atau sekedar ngobrol-ngobrol menikmati malam rabu yang sendu.
Mengapa harus sendu? bukan bagi ku setiap hari adalah sendu
Untuk makan malam ku saja aku melakukan kesalahan pada kedua makanan yang aku pesan, aku salah beli makanan yang tidak aku suka seperti mie ayam rica dan es cendol nangka, semua bukan kedoyanan ku tapi aku tetap pesan. apa alasannya? karena aku mau pamer.

Hari jumat yang akan datang, mamsky akan segera berangkat ke Ambarawa untuk mengikuti spritual trip. aku tidak tahu apakah harus senang atau sedih ditinggal mamsky and bokap.
Sementara dipojok kanan aku melihat seorang ibu bersama anak laki-lakinya sedang menyantap makan malam. dari tebakan ku makanannya mungkin bukan makan malam yang sempurna, tapi bagian terpentingnya adalah moment yang sempurna. bisa duduk bersama dalam obrolan-obrolan santai aku rasa sudah #selaluada antara Ibu dan Anak yang kini tak lagi banyak dialami anak-anak kekinian (baca aku).
Saat kedua mata bertemu, dan kedua hati menunjukkan ketertarikkan tidak ada yang mampu mengalahkan kebersamaan seorang Ibu dan Anak.

aku berbisik dalam hati "aku iri"

di pojok yang satu aku melihat kedua pasangan lansia, kira-kira usia pernikahan mereka sudah berumur 30tahun tetapi belum dikarunia seorang anak didalam keluarga mereka. Bagaimana aku tahu? aku mengenalnya sebagai tetangga meski kamu tidak pernah bertukar cerita.
yang menarik dari tetangga ku ini yaitu dari percakapan dalam satu meja, aku tidak melihat adanya tatapan mata dan biar aku tebak sekali lagi, mereka sudah jenuh.

aku memank bisa saja salah.
namun aku yakin kedua hati mereka sudah dingin. terbukti dari kejauhan aku bisa melihatnya mata mereka tidak saling bertemu. well mungkin mereka sedang berselisih paham.

tidak ada satu rumah tangga yang sempurna. karena kedua manusia diciptakan untuk saling melengkapi.

apakah benar ungkapan cinta bisa kadarluarsa?
Dulu aku berpikir kalau kadarluarsa hanya dimiliki oleh makanan yang mengandung bahan pengawet
tapi ternyata aku keliru cinta juga bisa luntur.
Pada awalnya mungkin ada The most beautiful wedding, tapi pada akhir nya tetap saja tidak berakhir dengan happy.

everything has changed!
semua bisa saja berubah anytime. perasaan pun serupa.

yap, aku bersikap apatis! seolah tidak ada kisah cinta yang berakhir dengan happy.

Everything is gonna be okay bagi mereka yang punya pengharapan. Bagi mereka yang selalu punya harapan.

Masihkah ku dapat berharap?

#lovestory

Kamis, 13 Oktober 2016

who your biggest enemy is?



Kalian tahu?
Do you know who your biggest enemy is?
Buat gue pribadi, musuh terbesar gue adalah diri sendiri. Saat-saat paling sulit gue harus mengalahkan diri sendiri tidaklah mudah. Contoh sederhana gue harus berjuang mengalahkan rasa ngantuk gue ketika setiap pagi harus bangun dan gue harus segera mengurus keperluan gue mengajar danlain hal.
Take a good look in the mirror. Yep buat gue gak pernah menantang bahwa diri ini harus begini, harus begitu, gue selama ini hidup nyaman dan aman sejahtera. Tanpa gue sadari bahwa hidup ini lebih dari sekedar dari tantangan.
Gue gak pernah bermimpi menjadi seorang guru, tapi gue menantang diri ini apakah gue
berhasil mengajar anak? Nyatanya pada tiga tahun belakangan ini hasilnya nihil. Gue gagal hari ini.
Gue ingat salah satu perkataan orang bijak berkata, dalam hidup tidak selalu menemukan jalan yang bertabur bunga, pasti di depan banyak kerikil, banyak hambatan dan kelokkan, tidak jarang membuat kita banting stir dan melepas pedal untuk menghentikan waktu.
Jika semesta mengijinkan hukum bunuh diri itu tidak dosa, aku bermaksud untuk mencoba melakukannya. Aku baru dua puluh lima tahun, tapi aku sudah menyerah. Aku kehilangan harapan. Seolah kepercayaan ku yang selama ini kuyakini tidak berkuasa.
Ada banyak pertanyaan mengapa ? kenapa? Anda saja tidak terjadi dan pertanyaan mengeluh lainnya bisa gue ajukan pada sang semesta. Gue menjadi salah satunya yang bertanya paling banyak.
Pagi ini gue masih bisa melihat matahari menyingsing. Seharusnya gue menikmati. Karena gue sangat suka sunrise dibandingkan sunset. Gue ini punya quotes pribadi tentang sunrise. Tapi hari ini, seolah gak berfungsi quotesnya. Arg!

Jumat, 07 Oktober 2016

#renungan



01-10-2016
New day, new month, ini memank bukan hari ibu, tapi ini adalah hari baik untuk ku memulai kisah ku bersama ibu ku.
My mom is my hero.
Mungkin saja bagi acara reality show di salah satu stasiun tv swasta Daddy is my hero. Tapi buat ku pribadi, seorang pahlawan adalah mami ku sendiri. Mengapa? Karena ia telah banyak berkorban. Bukan buat diri ya sendiri tapi ia rela berkorban untuk kelangsungan hidup keluarganya (termasuk aku didalamnya). Supaya dapur kami bisa terus ngebul, agar aku tidak kelaparan, agar keluarga kami tetap ada penghasilan, mami berkorban waktu, pikiran, tenaga, uang, harga diri, dan semua yang bisa ia lakukan. Ia melakukannya tanpa pantang menyerah, mungkin saja mami kesulitan didalam mencari uang, mungkin saja mami malu dihina, mungkin saja mau ditolak orang lain, tapi satu hal yang menginspirasi ku yaitu kegigihannya. Saat mami tidak mudah menyerah pada sakit penyakitnya, sekarang juga mami berjuang untuk mendapatkan uang. Bekerja demi keluarga kami.
Mengapa mami yang bekerja?
Karena papi ku tidak berfungsi lagi. Ia hanya seorang ayah yang menjabat sebagai suami dari seorang istri dan bapak dari kedua anaknya. Selebihnya papi bukan seorang pekerja. Ia hanya seorang pemarah yang tugasnya main uang di tempat kotor. Aku juga tidak lagi ingin bercerita tentang papi. Karena selain ia pemarah, ia juga tidak sayang lagi sama mami. Papi selalu menuntut dan menuntut kami untuk bekerja menghasilkan banyak uang sementara ia menghabiskannya. Aku memank sangat membencinya. Aku bahkan memusuhinya, aku juga gak banyak bicara kepadanya. Tapi bagaimana pun didalam diri seorang listya terdapat darah seorang pecundang seperti papi.
Mami bekerja apapun.
Dari menjajakan sate manis, ayam goreng, baso goreng, telur asin, apapun dagangannya yang menghasilkan tidak peduli keuntungannya sedikit, mami mengoreng kerupuk mentah dan memasukkannya ke warung-warung makan nasi, mami bekerja supaya kami bisa tetap makan sehari tiga kali, dan kami bisa memakan ayam goreng dalam sekali seminggu. Atau mami bisa sesekali menghadiahi ku dengan membeli udang goreng kesukaan ku. Mami selalu memikirkan orang lain. Mami selalu belajar mementingkan kepentingan orang lain terlebih dulu. Lihat di lemari baju ya? Apakah pernah tergantung pakaian baru? Apakah pernah kami memberikan mami sepotong pakaian baru yang cantik untuk mami kenakan di gereja. Tidak pernah. Untuk membeli beras sepuluh liter saja dirumah mami harus berkorban dagang sana, dagang sini. Ia tidak memperhatikan dirinya sendiri.
Aku fungsinya apa?
Aku baru sadar setelah aku mengalami sakit types. Seorang yang paling menyayangi ku dan peduli adalah tidak lain adalah mami. Dan saat aku terima gaji bulan sepuluh aku akan membelikan mami sepatu baru yang mami sudah lama pengen sekali ia pake. Sepatu lamanya sudah usang. Aku harus menunggu untuk gajian baru akan bisa membelikan mami sepatu baru. Sementara aku tak pernah berjuang apapun demi mami. Selalu mami yang berjuang demi aku dan yuda (adik). Dia gak pernah meminta kami berdua menjadi anak yang tahu diri dengan membalas kasih ibu. Mami selalu mengajarkan untuk menggunakan uang dengan bijaksana. Tidak boros. Makan juga gak perlu yang mewah cukup ada nasi, pauk, lauk itu sudah lebih dari cukup jika dimakan bersama orang-orang terkasih. Mungkin jawabnya, mami jika ia tahu sepatu barunya sudah kami belikan. Expresi wajahnya tidak terlalu gembira karena bukan kado yang ingin mami peroleh tapi perhatian dari kedua anaknya.
Apakah aku mengasihinya?
Seorang anak bisa saja mengasihi ibu tanpa batas, namun seorang ibu tak pernah mengasihi anak tanpa batas. Apakah pernah ada untaian lagu Kasih Ibu Sepanjang masa, tapi sekarang ada waktunya dan harap kembalikan. Seorang ibu yang memberi tanpa menerima, apakah pernah meminta harap kembali kan semua perhatian ibu dan minta ganti dengan materi? Aku rasa didunia ini. Tidak seorang ibu yang demikian. Sekalipun ibu dari hewan sejenis kita mamalia, mereka juga memiliki kasih kepada anak-anak hewannya. Bagaimana dengan kita seorang anak yang dikasih dengan banyak berkat yang tak terhingga? Masih kah kita mengasihi ibu kita dengan hitung-hitungan? Masih kah ku mengasihi mami dengan menilai seberapa banyak mami sudah mengasihi ku ? Masih kah kita mencari ibu yang lain diluar sana dan menganggap ibu orang lain adalah the best mom in the world?

#renungan

@audrenlyn