Jumat, 07 Oktober 2016

#renungan



01-10-2016
New day, new month, ini memank bukan hari ibu, tapi ini adalah hari baik untuk ku memulai kisah ku bersama ibu ku.
My mom is my hero.
Mungkin saja bagi acara reality show di salah satu stasiun tv swasta Daddy is my hero. Tapi buat ku pribadi, seorang pahlawan adalah mami ku sendiri. Mengapa? Karena ia telah banyak berkorban. Bukan buat diri ya sendiri tapi ia rela berkorban untuk kelangsungan hidup keluarganya (termasuk aku didalamnya). Supaya dapur kami bisa terus ngebul, agar aku tidak kelaparan, agar keluarga kami tetap ada penghasilan, mami berkorban waktu, pikiran, tenaga, uang, harga diri, dan semua yang bisa ia lakukan. Ia melakukannya tanpa pantang menyerah, mungkin saja mami kesulitan didalam mencari uang, mungkin saja mami malu dihina, mungkin saja mau ditolak orang lain, tapi satu hal yang menginspirasi ku yaitu kegigihannya. Saat mami tidak mudah menyerah pada sakit penyakitnya, sekarang juga mami berjuang untuk mendapatkan uang. Bekerja demi keluarga kami.
Mengapa mami yang bekerja?
Karena papi ku tidak berfungsi lagi. Ia hanya seorang ayah yang menjabat sebagai suami dari seorang istri dan bapak dari kedua anaknya. Selebihnya papi bukan seorang pekerja. Ia hanya seorang pemarah yang tugasnya main uang di tempat kotor. Aku juga tidak lagi ingin bercerita tentang papi. Karena selain ia pemarah, ia juga tidak sayang lagi sama mami. Papi selalu menuntut dan menuntut kami untuk bekerja menghasilkan banyak uang sementara ia menghabiskannya. Aku memank sangat membencinya. Aku bahkan memusuhinya, aku juga gak banyak bicara kepadanya. Tapi bagaimana pun didalam diri seorang listya terdapat darah seorang pecundang seperti papi.
Mami bekerja apapun.
Dari menjajakan sate manis, ayam goreng, baso goreng, telur asin, apapun dagangannya yang menghasilkan tidak peduli keuntungannya sedikit, mami mengoreng kerupuk mentah dan memasukkannya ke warung-warung makan nasi, mami bekerja supaya kami bisa tetap makan sehari tiga kali, dan kami bisa memakan ayam goreng dalam sekali seminggu. Atau mami bisa sesekali menghadiahi ku dengan membeli udang goreng kesukaan ku. Mami selalu memikirkan orang lain. Mami selalu belajar mementingkan kepentingan orang lain terlebih dulu. Lihat di lemari baju ya? Apakah pernah tergantung pakaian baru? Apakah pernah kami memberikan mami sepotong pakaian baru yang cantik untuk mami kenakan di gereja. Tidak pernah. Untuk membeli beras sepuluh liter saja dirumah mami harus berkorban dagang sana, dagang sini. Ia tidak memperhatikan dirinya sendiri.
Aku fungsinya apa?
Aku baru sadar setelah aku mengalami sakit types. Seorang yang paling menyayangi ku dan peduli adalah tidak lain adalah mami. Dan saat aku terima gaji bulan sepuluh aku akan membelikan mami sepatu baru yang mami sudah lama pengen sekali ia pake. Sepatu lamanya sudah usang. Aku harus menunggu untuk gajian baru akan bisa membelikan mami sepatu baru. Sementara aku tak pernah berjuang apapun demi mami. Selalu mami yang berjuang demi aku dan yuda (adik). Dia gak pernah meminta kami berdua menjadi anak yang tahu diri dengan membalas kasih ibu. Mami selalu mengajarkan untuk menggunakan uang dengan bijaksana. Tidak boros. Makan juga gak perlu yang mewah cukup ada nasi, pauk, lauk itu sudah lebih dari cukup jika dimakan bersama orang-orang terkasih. Mungkin jawabnya, mami jika ia tahu sepatu barunya sudah kami belikan. Expresi wajahnya tidak terlalu gembira karena bukan kado yang ingin mami peroleh tapi perhatian dari kedua anaknya.
Apakah aku mengasihinya?
Seorang anak bisa saja mengasihi ibu tanpa batas, namun seorang ibu tak pernah mengasihi anak tanpa batas. Apakah pernah ada untaian lagu Kasih Ibu Sepanjang masa, tapi sekarang ada waktunya dan harap kembalikan. Seorang ibu yang memberi tanpa menerima, apakah pernah meminta harap kembali kan semua perhatian ibu dan minta ganti dengan materi? Aku rasa didunia ini. Tidak seorang ibu yang demikian. Sekalipun ibu dari hewan sejenis kita mamalia, mereka juga memiliki kasih kepada anak-anak hewannya. Bagaimana dengan kita seorang anak yang dikasih dengan banyak berkat yang tak terhingga? Masih kah kita mengasihi ibu kita dengan hitung-hitungan? Masih kah ku mengasihi mami dengan menilai seberapa banyak mami sudah mengasihi ku ? Masih kah kita mencari ibu yang lain diluar sana dan menganggap ibu orang lain adalah the best mom in the world?

#renungan

@audrenlyn

0 comments:

Posting Komentar