Selasa, 17 Februari 2015

Luangkan 5 menit untuk ini.....

Ijinkan ku untuk lima menit mengambil waktu kalian untuk membaca kisah ini.
Kisah yang ditulis dari tangan orang sederhana seperti ku, kisah yang biasa dari orang yang hidupnya penuh sekali tantangan hidup. Aku selalu berpikir untuk bermimpi menjadi seperti orang lain. Aku suka melihat foto-foto instagram mereka, aku melihat mereka hidupnya kok enak, mereka yang hidupnya tanpa kesulitan, hidupnya lengkap serba ada, lantas aku begini-begini aja.


Hidup ku mulai berubah sedikit banyak sejak keluar dari rumah jahanam. Rumah tidak ada kedamaian. *empty feels*
Kau pikir menumpang dirumah memank enak? Harus bangun pagi untuk kerja, harus mau direndahkan untuk disuruh, harus mau diperlakukan seperti pembantu.
Dan semua ini aku alami karena satu alasan. Kebencian

Kemarin baru saja kita merayakan hari kasing sayang.
Cinta is a verb let’s act! Lawan kata dari cinta adalah egois (y). Aku berpikir apakah aku terlalu egois?
Apakah aku mampu mengasihi orang yang telah membuat ku bersusah payah mencari nafkah. Meski aku tahu penghasilan ku tidak seberapa, aku benci dengan kehidupan ku yang sekarang.
Bahkan saat di hari kasih sayang pun aku butuh waktu untuk mengampuninya.

Aku melihat pengorbanan ibu makan malam hanya dengansepotong cumi asin dan nasi putih dikecapin supaya ada rasa, bukan karena gak ada sayur melainkan berkorban untuk aku dan adik supaya bisa makan sayur,karena sayur yang di masak terbatas dan ibu tidak melakukannya bagi dirinya.
Aku tahu Ia kelelahan sendiri dan kebosanan mengurus rumah-tangga, menjelang subuh kami harus beres-beres... melakukan pekerjaan rumah dengan tanpa bersungut-sungut dan ibu melakukannya tulus bukan bagi dirinya sendiri. Sayangnya Ia tak punya uang berlebih untuk membeli pakaian indah. Di lemarinya yang dapat pinjam dari saudara tertata rapi beberapa baju yang telah usang. Ibu berkorban lagi tidak mampu beli baju baru, uang yang dimiliki Ia simpan hanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Memank kini kami menumpang di rumah saudara, tapi semua tidak ada yang gratis ada harga yang kami harus bayar.
Semua yang kami alami hanya karena alasan yang sama yaitu Kebencian.







Aku bingung mengartikan arti cinta lewat keluarga ku. Lewat orang-tua ku yang sama sekali tidak menjadi contoh keluarga sakinah nan harmonis. Bagaimana mungkin seorang suami bisa memandang istri sangat hina karena istrinya tidak lagi segar-bugar seperti masa muda dulu, tidak lagi mencintai istri hanya karena penyakit yang diderita istri. Tidak lagi menghargai istri hanya karena tidak bisa melayani lahir dan batin. dimana letak cinta sejati yang katanya Tuhan ijinkan pada setiap insan manusia yang menyatu?
Karena dua orang kepala tidak lagi menjadi dua saat masuk dalam pernikahan yang sakral, mereka akan menjadi satu kepala dalam satu tubuh yang dinamakan Keluarga.
Dimana Tuhan Sang Pemilik isi bumi ini menjadi paling terutama.

Masalahnya ada di siapa? Pantaskah ku dilibatkan dalam kehidupan yang rumit ini?
Mampukah ku untuk tetap bertahan pada keluarga demikian.
Ini hari kelima belas aku keluar dari rumah dari masa tenggang empat puluh hari lamanya.

Dapatkah ku kembali menatap orang yang telah menyeret ku keluar rumah saat hari ke empat puluh satu? Aku ragu.
Dapatkah ku memiliki hati yang lapang untuk mengampuninya? Aku ragu.
Dapatkah ku mempunyai keyakinan bahwa Tuhan bisa, bahwa Tuhan mampu menjadikan ku Indah pada waktunya lewat keluarga ku yang berantakan ini? #questionofmylife

Ada satu hal yang menggelitik pikiran ku sekarang, aku dan adikku mempunyai kekecewaan yang berbeda dan mempunyai padangan masing-masing terhadap ibu. Dapatkah aku tidak mengeluh pada kenyataan hidup yang seperti ini?





@audrenalyn

0 comments:

Posting Komentar