Ijinkan ku untuk lima menit mengambil waktu kalian untuk membaca
kisah ini.
Kisah yang ditulis dari tangan orang sederhana seperti ku, kisah yang
biasa dari orang yang hidupnya penuh sekali tantangan hidup. Aku selalu
berpikir untuk bermimpi menjadi seperti orang lain. Aku suka melihat foto-foto
instagram mereka, aku melihat mereka hidupnya kok enak, mereka yang hidupnya tanpa
kesulitan, hidupnya lengkap serba ada, lantas aku begini-begini aja.
Hidup ku mulai
berubah sedikit banyak sejak keluar dari rumah jahanam. Rumah tidak ada
kedamaian. *empty feels*
Kau pikir
menumpang dirumah memank enak? Harus bangun pagi untuk kerja, harus mau
direndahkan untuk disuruh, harus mau diperlakukan seperti pembantu.
Dan semua ini
aku alami karena satu alasan. Kebencian
Kemarin baru
saja kita merayakan hari kasing sayang.
Cinta is a verb
let’s act! Lawan kata dari cinta adalah egois (y). Aku berpikir apakah aku
terlalu egois?
Apakah aku mampu
mengasihi orang yang telah membuat ku bersusah payah mencari nafkah. Meski aku
tahu penghasilan ku tidak seberapa, aku benci dengan kehidupan ku yang
sekarang.
Bahkan saat di
hari kasih sayang pun aku butuh waktu untuk mengampuninya.
Aku melihat
pengorbanan ibu makan malam hanya dengansepotong cumi asin dan nasi putih dikecapin
supaya ada rasa, bukan karena gak ada sayur melainkan berkorban untuk aku dan
adik supaya bisa makan sayur,karena sayur yang di masak terbatas dan ibu tidak
melakukannya bagi dirinya.
Aku tahu Ia
kelelahan sendiri dan kebosanan mengurus rumah-tangga, menjelang subuh kami harus
beres-beres... melakukan pekerjaan rumah dengan tanpa bersungut-sungut dan ibu
melakukannya tulus bukan bagi dirinya sendiri. Sayangnya Ia tak punya uang
berlebih untuk membeli pakaian indah. Di lemarinya yang dapat pinjam dari
saudara tertata rapi beberapa baju yang telah usang. Ibu berkorban lagi tidak
mampu beli baju baru, uang yang dimiliki Ia simpan hanya untuk membeli
kebutuhan sehari-hari. Memank kini kami menumpang di rumah saudara, tapi semua
tidak ada yang gratis ada harga yang kami harus bayar.
Semua yang kami
alami hanya karena alasan yang sama yaitu Kebencian.
Aku bingung
mengartikan arti cinta lewat keluarga ku. Lewat orang-tua ku yang sama sekali
tidak menjadi contoh keluarga sakinah nan harmonis. Bagaimana mungkin seorang
suami bisa memandang istri sangat hina karena istrinya tidak lagi segar-bugar
seperti masa muda dulu, tidak lagi mencintai istri hanya karena penyakit yang
diderita istri. Tidak lagi menghargai istri hanya karena tidak bisa melayani
lahir dan batin. dimana letak cinta sejati yang katanya Tuhan ijinkan pada
setiap insan manusia yang menyatu?
Karena dua orang
kepala tidak lagi menjadi dua saat masuk dalam pernikahan yang sakral, mereka
akan menjadi satu kepala dalam satu tubuh yang dinamakan Keluarga.
Dimana Tuhan
Sang Pemilik isi bumi ini menjadi paling terutama.
Masalahnya ada
di siapa? Pantaskah ku dilibatkan dalam kehidupan yang rumit ini?
Mampukah ku
untuk tetap bertahan pada keluarga demikian.
Ini hari kelima
belas aku keluar dari rumah dari masa tenggang empat puluh hari lamanya.
Dapatkah ku
kembali menatap orang yang telah menyeret ku keluar rumah saat hari ke empat
puluh satu? Aku ragu.
Dapatkah ku
memiliki hati yang lapang untuk mengampuninya? Aku ragu.
Dapatkah ku
mempunyai keyakinan bahwa Tuhan bisa, bahwa Tuhan mampu menjadikan ku Indah
pada waktunya lewat keluarga ku yang berantakan ini? #questionofmylife
Ada satu hal yang menggelitik pikiran ku sekarang, aku dan
adikku mempunyai kekecewaan yang berbeda dan mempunyai padangan masing-masing
terhadap ibu. Dapatkah aku tidak mengeluh pada kenyataan hidup yang seperti
ini?
@audrenalyn
0 comments:
Posting Komentar