Rabu, 18 November 2015

aku gak pandai menari pun jadi menyukainya



Hari ini untuk pertama kalinya aku ikut pelatihan nari disekolah. Awalnya aku ragu, tariannya sangat membosankan dan tradisional pastinya. lagipula aku bukan orang yang mencintai produk dalam negri atau aku terlalu kekinian sehingga aku gak mau belajar tari kreasi ini. Dalam pelatihan ini aku belajar tiga tarian (tari Kalimantan, tari bletak atau Betawi, dan tari kaulinan). Untuk tarian pertama cukup mudah dan aku bisa mengikuti setiap gerakannya, namun sudah masuk ke tarian kedua dan ketiga wah aku udah tak luwes dan tingkat kesulitannya bertambah. Dalam tarian betawi ada unsur pencak silatnya dan ada istilah 3 G (geol, goyang, G yg ketiga lupa). Aku yang gak bisa nari, jadi belajar untuk bisa menari, aku yang gak bisa menulis untuk bisa menulis semua perasaan ku. Aku jadi menyukai kegiatan menari. Apalagi aku tahu saat aku menari aku diiringi oleh air hujan. eh
Dalam pembacaan saat teduh guru-guru aku sangat suka bagian Efesus 3 dalam ayatnya...
“Tuhan engkau mampu melakukan lebih banyak yang tidak mampu aku lakukan dan aku doakan.” Amin
Sama halnya dengan disekolah Iman ini aku tidak bisa mengajar mereka yang demikian kecil untuk nurut sama aku yang masih belum dewasa. Biarlah mereka dapat berubah sedikit demi sedikit.
Aku tahu perubahan itu butuh konsistensi dan ketekunan. Apa selama ini aku sudah belajar dengan tekun? Atau aku sudah tekun berdoa untuk anak-anak didikku?
Dalam iklan di TV yang dinamakan #RevolusiMental ialah perubahan itu dimulai dari diri sendiri.
Aroma tubuhku sudah gak karuan, baunya bercampur dengan matahari, aku mau lanjut untuk ibadah tengah minggu. Matahari pun sudah menyembunyikan jati diri. Aku mau mandi dulu ya.
Sampai jumpa di hari esok, btw apa kabar teman ku Pamella mungkinkah ia sudah sampai di Gorontalo dan sudah mulai sibuk dengan pasien-pasiennya? I’m gonna miss my close friend.
With love,
@audrenalyn

0 comments:

Posting Komentar