Rabu, 05 Juli 2017

I Have Decided



Ku sadari bukan perkara sehari, dua hari atau satu minggu mengambil keputusan seberat ini.
Harus pindah rumah ke tempat yang lebih nyaman mungkin akan lebih mudah menerimanya.
Rumah baru yang akan ku tempati bersama keluarga tidak lah lebih baik, lebih jelek iya.
Namun masalah terbesarnya adalah bukan di kondisi rumah yang belum direnovasi atau jarak rumah baru ke sekolah tempat ku mengajar. Namun kesiapan hati untuk tinggal dirumah baru dengan lingkungan baru dengan tetangga baru dan semua hal yang baru yang tentu akan ditemui.
Akankah lebih baik? Belum tentu.

Sekeras apapun ku berusaha untuk mempertahankan rumah lama aku tak punya kuasa.

Untuk kebaikan bersama dan tidak menimbulkan konflik diantara kedua keluarga A dan keluarga B.
Aku dan sekeluarga memank harus keluar dari rumah lama dan tinggal dirumah baru. Ada banyak kenangan yang tidak akan bisa aku lupakan di rumah lama.
Aku sudah sangat nyaman meski aku tahu banyak kekurangan dirumah lama. Aku tidak mau pindah rumah selagi aku sehat. Kenang ku dalam hati. Semua anggota keluarga ku tidak ada yang senang kami pindah rumah. Tidak ada satupun.
Tidak jarang pula keluarga ku juga bertikai tentang kepindahan rumah. Ada yang ingin begini, ada yang ingin begitu. Tidak jarang aku mendengarnya menjadi pilu.

Tapi hidup harus terus bergerak maju. Aku tidak bisa memutar kembali waktu. Aku hanya bisa memandang kedepan dan berharap di rumah baru kami sekeluarga akan menjadi keluarga yang sakinah.
Saat melihat keadaan rumah lama berantakan dan dipenuhi kardus-kardus untuk dibawa ke rumah baru. Hati ku hancur berkeping-keping harus membereskan barang lama dan membuangnya. Semua kenangan ku dari suka maupun duka ada di rumah lama. Aku tumbuh besar di rumah ini, aku menjadi dewasa dan menjadi anak nakal pun di rumah ini. Aku mengalami indahnya jatuh cinta dan sakitnya putus cinta juga di rumah ini. Aku banting kaca lemari dan akhirnya aku diusir keluar dari rumah pun semua ku alami di rumah ini.
Tidak ada yang tahu betapa hati ini rapuh selain dinding tembok kamar ku yang menjadi saksi bisu. Seberapa sering aku menangis dan air mata jatuh berderai membasahi sprai usang yang masih setia menemani malam-malam ku. Seberapa sering aku berlutut di sudut kamar untuk merenungkan hidup ku yang terus meratap. Dan seberapa jarang aku bersyukur pada sang pencipta untuk semua hal yang boleh aku alami.
Semua yang kualami adalah dengan satu tujuan untuk kebaikan.

Semua sudah ada dalam rancanganNya.

Aku belajar banyak dari pindahan rumah. Seperti kata Raditya Dika dalam filmnya Manusia Setengah Salmon
“ Pada awalnya masih gak nyaman dan masih inget rumah lama tapi lebih baik aku pindah.”kenang Radit.

Awalnya memank sulit, dan berat pasti. Harus adaptasi dan harus lain-lain. Cuman pada akhirnya aku tahu semua sudah ada yang mengatur, rezeki, jodoh, termasuk pindahan rumah pun sudah ada yang atur. Kita sebagai manusia sebagai pelakon dan dunia ini adalah sebuah film dan sutradaranya Tuhan. He knows what’s best for you.
Aku tidak sedang berceramah atau apapun itu.

Aku cuma belajar dari tulisan Edward Suhardi dalam tulisannya adalah Ikhlas jika kita menyadari semua apa yang kita punya adalah titipan yang diatas dan jika kita ikhlas menerima tanpa mengeluh. Kita baik, maka dunia pun akan melakukan hal yang serupa. Aku ikhlas jika aku harus kehilangan rumah lama ku yang sudah menemani ku day by day, semua canda dan tawa dan air mata masih tersimpan dibenak ku. Dan kenangan dirumah lama tidak akan pernah terlupakan selama hayat masih dikandung badan.

Aku juga ikhlas harus kehilangan orang yang sudah mengajari ku tentang bagaimana mengasihi meski harap kembali. Aku belajar dari Dia. Setidaknya aku pernah menjadi perempuan paling bahagia dimuka bumi ini meski singkat. Tapi aku tetap mensyukurinya.

Aku pun ikhlas untuk menerima kenyataan bahwa aku juga kehilangan sahabat terbaik ku yang tidak sempurna. Dia sudah menjadi teman terbaik ku, kakak perempuan yang tidak pernah ku miliki, teman dalam suka duka, benci dan sayang melebur jadi satu. Aku sayang Dia meski kini kita terhalang oleh jarak karena Dia harus kembali ke kampung halamannya dan menetap disana bersama kedua orang tuanya. Dan Dia berpesan pada ku.
“ Jika kamu menerima sesuatu hal yang baik dari orang lain, kamu tidak perlu merasa berhutang. Dan bila kamu tetap ingin membalasnya. Kamu bisa melakukan meneruskan kebaikan yang pertama kamu alami dengan orang lain. Sehingga kebaikan dan kasih mesra tidak akan putus dan berhenti di kamu.  “ #NgertiOra

--
“Kita tahu sekarang bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi DIA, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Tuhan.

Sangkaku ku hilang sudah lenyap ipuh dan racun itu. Tetapi hal-hal ini yang ku ingat dan kuperhatikan.
Great is Thy Faithfulness

Dalam libur lebaran kali ini, aku belajar dari seseorang kita sebut saja family.
Semua pasti akan berlalu.
This too shall pass
Kebahagian, sakit penyakit, kehilangan, kepahitan, kegeraman, semua rasa pasti akan berlalu.

Entah family ini membaca status orang atau kah memank mereka mengalaminya sendiri.
Sakit penyakit, putus pengharapan akan kedatangan lahirnya anak dikeluarga kecil mereka, pernah mereka lalui.
Semua terlewati dengan baik. Tanpa ragu family ini menguatkan ku
“ Tuhan tak pernah berhutang “

#Jleb

Rasanya aku seperti tersambar petir di siang hari. Keyakinan ku selama ini yang ku bangun dengan kokoh runtuh seketika.

Khawatir ialah manusiawi namun akan jadi menyimpang saat khawatir ku menjadi daging dan terus menerus menekan iman ku.

This too shall pass… semua pasti akan berlalu.

Kesimpulannya ada di proses. Seperti tulisan ku di bulan-bulan sebelumnya. Tidak ada emas murni tanpa proses peleburan. Tidak ada Abraham yang disebut sahabat Allah tanpa ujian keimanan, dan tidak ada Ayub yang tetap percaya meski penderitaan silih berganti menimpanya.


i'm busy enjoying my life, darling.


#NOWPLAYING ~ Layu Sebelum Berkembang

0 comments:

Posting Komentar